Pandemi COVID-19 telah memperkenalkan percepatan adopsi digital ke Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya. Pada tahun 2020 saja, sebanyak 40 juta orang online untuk pertama kalinya, sehingga total menjadi 400 juta pengguna internet. Lonjakan penetrasi internet dalam dua tahun terakhir juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital di ASEAN yang diproyeksikan tumbuh hingga USD 1 triliun pada 2030.
Karena kawasan ini semakin bergantung pada Internet, bahaya yang mengancam mengintai dalam bentuk serangan siber. Dalam Penilaian Ancaman Siber ASEAN 2021, Interpol melaporkan bahwa banyak penjahat dunia maya memanfaatkan pandemi untuk mencuri informasi dan kredensial pribadi menggunakan metode jahat seperti phishing dan intersepsi data e-commerce. Phishing adalah salah satu serangan siber yang mengalami peningkatan drastis selama pandemi. Menurut laporan Interpol, lebih dari 80.000 serangan phishing terjadi selama 9 bulan pertama tahun 2020 di ASEAN.
Frekuensi serangan siber pasti akan meningkat seiring dengan langkah besar ASEAN menuju masyarakat digital dan ekonomi digital yang lebih kuat di tahun-tahun mendatang. Menanggapi tren yang mengkhawatirkan ini, ASEAN Foundation dengan dukungan Microsoft pada 24 Februari 2022 meluncurkan ASEAN Cybersecurity Skilling Program (ASEANCSP) dalam acara “Cybersecurity in ASEAN: Lessons for Youth and How the COVID-19 is Shaping the Every-Evolving Digital Landscape”. Samsurya mahasiswa Informatika Universitas Teknologi Sumbawa merupakan salah satu yang telah lolos dalam program ini.
ASEANCSP bertujuan untuk memerangi kejahatan siber di ASEAN dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan siber dan membangun pengetahuan keamanan siber yang lebih besar di antara orang-orang di ASEAN. Program ini bertujuan untuk memberikan pelatihan bagi para pelatih (ToT) tentang keamanan siber kepada 560 pemuda, pendidik dan fasilitator LSM dan CSO di Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam bekerja sama dengan mitra pelaksana lokal. Pelatih utama ini kemudian akan memberikan pelatihan keamanan siber kepada 30.000 pemuda yang kurang terlayani di tujuh negara sebagai cara untuk berkontribusi pada penciptaan ekosistem digital yang aman di ASEAN.
Selain ToT, juga akan diselenggarakan Focus Group Discussion (FGD) regional yang melibatkan para ahli di bidang keamanan siber dari sektor publik dan swasta. Wawasan yang dihasilkan dari FGD akan digunakan untuk memperkuat implementasi ToT serta membantu membuat modul pelatihan keamanan siber lokal yang efektif dan aplikatif. Selain itu, kampanye online juga akan digulirkan untuk meningkatkan kesadaran tentang keamanan siber di kalangan masyarakat.
Program ini juga merupakan perwujudan komitmen para pemimpin ASEAN untuk memerangi ancaman keamanan siber sebagaimana tertuang dalam Deklarasi ASEAN untuk Mencegah dan Memerangi Kejahatan Siber tahun 2017, yang menyoroti ancaman siber sebagai masalah mendasar yang perlu dipecahkan bersama. Selanjutnya, ASEANCSP juga akan mendukung prioritas ASEAN Work Plan on Education 2021 – 2025 dan ASEAN ICT Masterplan 2020.