Dua mahasiswa berbakat dari Program Studi Informatika Fakultas Rekayasa Sistem, Muhammad Alif Hidayat dan Yamliko Ashabul Kafi, berhasil menorehkan prestasi membanggakan di kancah nasional. Keduanya meraih Juara 2 dalam kompetisi UI/UX “Innovating the Future: Breaking Boundaries in Technology” yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Semarang.
Kompetisi berskala nasional ini berlangsung dari tanggal 25 Mei hingga 5 Juli 2025, dengan serangkaian tahapan ketat. Dimulai dengan pengerjaan prototipe aplikasi dari 25 Mei hingga 30 Juni, dilanjutkan dengan pengumpulan proposal pada 1 Juli 2025, dan puncaknya adalah presentasi final prototipe pada 5 Juli. Dari sekian banyak peserta, hanya 10 tim terbaik yang berhasil melaju ke babak final. Tim-tim finalis tersebut berasal dari berbagai universitas ternama di Indonesia, termasuk empat tim dari Universitas Brawijaya, serta masing-masing satu tim dari UGM, UPI, Telkom University, Politeknik Astra, Politeknik Harapan Bersama, UIN Sultan Agung, dan Universitas Teknologi Sumbawa.
Muhammad Alif Hidayat dan Yamliko Ashabul Kafi dengan proyek inovatif mereka yang mengangkat isu “Pencegahan Stunting”, sebuah tantangan serius yang masih dihadapi Indonesia. Dengan dedikasi tinggi, keduanya memulai proyek ini dari nol. Mereka melakukan riset mendalam untuk mengidentifikasi akar permasalahan stunting, memahami kebutuhan pengguna, hingga akhirnya berhasil merancang prototipe aplikasi kesehatan yang menawarkan solusi komprehensif melalui berbagai fitur unggulan.
Proses perancangan UI/UX yang mereka lakukan tidak main-main. Dimulai dengan riset mendalam untuk memahami kebutuhan dan perilaku calon pengguna, serta menganalisis masalah yang ingin diselesaikan. Hasil riset ini kemudian menjadi dasar dalam penyusunan persona pengguna, user journey, dan problem statement sebagai panduan arah desain. Tahap selanjutnya melibatkan brainstorming ide, pembuatan wireframe awal, dan pengembangan prototipe interaktif lengkap dengan elemen visual yang konsisten. Prototipe ini kemudian diuji langsung kepada pengguna melalui usability testing untuk mengevaluasi kemudahan penggunaan dan efektivitasnya. Berdasarkan masukan yang diterima, mereka melakukan perbaikan dan iterasi hingga desain benar-benar optimal sebelum siap diimplementasikan dan terus dipantau untuk pengembangan berkelanjutan.
Alif, sapaan akrab Muhammad Alif Hidayat, membagikan kunci keberhasilan timnya. “Yang paling penting itu jangan takut mulai duluan, meskipun masih ngerasa belum jago UI/UX. Proses belajar itu justru banyak dapetnya pas ngerjain langsung,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya riset. “Risetnya jangan disepelein. Kadang kita terlalu fokus ke desainnya, padahal yang bikin aplikasi kita ‘ngena’ itu karena kita bener-bener ngerti kebutuhan penggunanya.” Selain itu, kerja tim yang solid juga menjadi faktor krusial. “Bagi-bagi tugas sesuai skill, tetap saling diskusi. Dan terakhir, enjoy aja prosesnya—menang itu bonus, tapi pengalaman dan relasi itu yang paling berharga,” pungkas Alif.
Senada dengan Alif, Yamliko Ashabul Kafi menambahkan saran teknis terkait penulisan proposal. “Untuk mengenai teknis tahap desain UI/UX saya masih kurang menguasai, paling untuk saran penulisan proposal diusahakan sesuai dengan guide book-nya. Cari permasalahan yang sekiranya urgent untuk diangkat lalu buatkan solusinya yang berkelanjutan, juga yang sejalan dengan SDGs. Jadi karena UI/UX ini sifatnya gagasan, cari gagasannya yang sifatnya berkelanjutan,” jelas Yamliko.
Prestasi yang diraih oleh Muhammad Alif Hidayat dan Yamliko Ashabul Kafi ini tidak hanya mengharumkan nama Program Studi Informatika dan Fakultas Rekayasa Sistem, tetapi juga menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berinovasi. (Sari)